Rabu, 02 April 2014

Sejarah Pon-Pes TBS kudus


Kilas Sejarah Pon-Pes TBS kudus

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam non formal yang tidak asing lagi di mata dunia pendidikan di Indonesia dari zaman dahulu sampai sekarang. Yaitu lembaga pendidikan pertama yang lahir di Indonesia yang di dirikan oleh Raden Rahmad (Sunan Ampel) pada masa itu
    
    Dalam kurun waktunya pondok pesantren tetap eksis dan selalu mengikuti perkembangan di dalam dunia pendidikan yang berkembang khususnya di Indonesia. Sehingga pondok pesantren mampu melahirkan santri-santri penerus bangsa yang tidak hanya mampu menguasai tentang ilmu agama saja akan tetapi juga ilmu-ilmu yang lain yang sudah diselaraskan dengan imtaq dan iptek.

    Demikian halnya dengan Pondok Pesantren “Tasywiquth Thullab” (TBS) Kudus yang terletak di desa Balaitengahan Langgardalem Kota Kudus ini. Pondok TBS merupakan salah satu cikal bakal pendidikan di wilayah kabupaten Kudus, yang didirikan pada tahun 1920 M oleh para ulama’ Kudus.
   
 Asal mula berdirinya pon-pes TBS adalah ketika warga masyarakat sekitar mengaji kepada Kiai Ahmad Abdul Latif di rumah kediaman beliau.  lama kelamaan santri yang mengaji bertambah banyak. Maka Kiai Ahmad berinisiatif mendirikan pesantren sebagai tempat mengaji sekaligus tempat mukim para santri.
 
Setelah Kiai Ahmad wafat, pesantren diasuh oleh putra beliau yaitu  KH. Ma’mun Ahmad dari tahun 1960 -2003. Di tangan kiai Ma’mun inilah pesantren tumbuh menjadi pesantren yang mendapat kepercayaan dari masyarakat.

 Pada masa kepemimpinan Kiai Ma’mun ini pula Pesantrn TBS dikembangkan menjadi lembaga formal yakni Madrasah Tasywiquth Thullab Salafiyah(TBS). inisiator pendirian madrsah yang kini menjadi salah satu madrasah besar di kudus adalah KH. Abdul Djalil,keponakan Kiai Ma’mun. namun seiring dengan berjalannya waktu,pengelolaan Pesantren TBS dan Madrasah TBS kini dipisah.

Dan kini KH.Taufiqurrohman dibantu adiknya Kiai Dzi Taufiqillah dalam mengasuh santrinya yang semuanya siswa madrasah TBS.

       Meski santrinya merangkap sekolah di bangku pendidikan formal,pesantren ini masih eksih dengan sistem peninggalan pendirinnya,yakni menggunakan sistem salafiyah dengan metode sorogan,bandongan,serta mudzakaroh.  

Spesifikasi yang ditonjolkan adlah ilmu alat (nahwu dan shorof), tetapi selain itu dijarkan pula kitab -kitab salaf dalam berbagai disiplin ilmu, yang dilak sanakan setiap ba’da shalat maktubah lima waktu .

 Pesantren ini sudah banyak menelorkan alumni. Di antara mereka ada yang melanjutkan ke pesantren lain dan ada pula yang melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

1 komentar: